I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Salah satu ciri khas manusia adalah sifatnya yang
selalu ingin tahu tentang sesuatu hal. Rasa ingin tahu ini tidak terbatas yang
ada pada dirinya, juga ingin tahu tentang lingkungan sekitar, bahkan sekarang
ini rasa ingin tahu berkembang ke arah dunia
luar. Rasa ingin tahu ini tidak dibatasi
oleh peradaban. Semua umat manusia di dunia ini punya rasa ingin tahu walaupun
variasinya berbeda-beda. Orang yang tinggal di tempat peradaban yang masih
terbelakang, punya rasa ingin yang berbeda dibandingkan dengan orang yang
tinggal di tempat yang sudah maju.
Rasa ingin tahu tentang peristiwa-peristiwa yang
terjadi di alam sekitarnya dapat bersifat sederhana dan juga dapat bersifat
kompleks. Rasa ingin tahu yang bersifat sederhana didasari dengan rasa ingin
tahu tentang apa (ontologi),
sedangkan rasa ingin tahu yang bersifat kompleks meliputi bagaimana peristiwa
tersebut dapat terjadi dan mengapa peristiwa itu terjadi (epistemologi), serta untuk apa peristiwa tersebut dipelajari
(aksiologi).
Ke tiga landasan tadi yaitu ontologi, epistemologi
dan aksiologi merupakan ciri spesifik dalam penyusunan pengetahuan. Ketiga
landasan ini saling terkait satu sama lain dan tidak bisa dipisahkan antara
satu dengan lainnya. Berbagai usaha orang untuk dapat mencapai atau memecahkan
peristiwa yang terjadi di alam atau lingkungan sekitarnya. Bila usaha tersebut
berhasil dicapai, maka diperoleh apa yang kita katakan sebagai ketahuan atau
pengetahuan.
Awalnya bangsa Yunani dan bangsa lain di dunia
beranggapan bahwa semua kejadian di alam ini dipengaruhi oleh para Dewa.
Karenanya para Dewa harus dihormati dan sekaligus ditakuti kemudian disembah.
Adanya perkembangan jaman, maka dalam beberapa hal pola pikir tergantung pada
Dewa berubah menjadi pola pikir berdasarkan rasio. Kejadian alam, seperti
gerhana tidak lagi dianggap sebagai bulan dimakan Kala Rau, tetapi merupakan
kejadian alam yang disebabkan oleh matahari, bulan dan bumi berada pada garis
yang sejajar. Sehingga bayang-bayang bulan menimpa sebagian permukaan
bumi.
Perubahan pola pikir dari mitosentris ke logosentris
membawa implikasi yang sangat besar. Alam dengan segala-galanya, yang selama
ini ditakuti kemudian didekati dan bahkan dieksploitasi. Perubahan yang
mendasar adalah ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang
menjelaskan perubahan yang terjadi, baik di jagat raya (makrokosmos) maupun
alam manusia (mikrokosmos). Melalui pendekatan logosentris ini muncullah
berbagai pengetahuan yang sangat berguna
bagi umat manusia maupun alam.
Pengetahuan tersebut merupakan hasil dari proses
kehidupan manusia menjadi tahu. Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh
manusia atau hasil pekerjaan manusia menjadi tahu. Pengetahuan itu merupakan
milik atau isi pikiran manusia yang merupakan hasil dari proses usaha manusia
untuk tahu.
Berdasarkan atas pengertian yang ada dan
berdasarkan atas kebiasaan yang terjadi, sering ditemukan kerancuan antara
pengertian ilmu dengan pengetahuan. Ke dua kata tersebut dianggap memiliki
persamaan arti, bahkan ilmu dan pengetahuan terkadang dirangkum menjadi satu kata majemuk yang
mengandung arti tersendiri. Hal ini sering kita jumpai dalam berbagai karangan
yang membicarakan tentang ilmu pengetahuan. Bahkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia ilmu disamakan dengan pengetahuan, sehingga ilmu adalah pengetahuan. Namun
jika kata pengetahuan dan kata ilmu tidak dirangkum menjadi satu kata majemuk
atau berdiri sendiri, akan tampak perbedaan antara keduanya. Berdasarkan asal
katanya, pengetahuan diambil dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge. Sedangkan pengetahuan berasal dari kata Science. Tentunya dari dua asal kata itu
mempunyai makna yang berbeda.
Permasalahan
Berdasarkan
latar belakang di atas maka dapat diangkat permasalahan :
1.
Apakah ada perbedaan antara ilmu dengan pengetahuan?
2.
Bagaimana perbedaan antara ilmu dengan pengetahuan ?
Tujuan dan Manfaat
Melalui karya tulis ini diharapkan
nantinya bisa mengungkapkan secara detail perbedaan antara ilmu dengan
pengetahuan, sehingga bisa membuat suatu katagori antara ilmu dengan
pengetahuan. Diharapkan nantinya hasil dari proses tahu tersebut akan dapat diputuskan
termasuk dalam katagori ilmu atau pengetahuan.
II Tinjauan Pustaka
1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Pada awalnya yang pertama muncul
adalah filsafat dan ilmu-ilmu khusus merupakan bagian dari filsafat. Sehingga
dikatakan bahwa filsafat merupakan induk atau ibu dari semua ilmu (mater scientiarum). Karena objek material filsafat bersifat umum
yaitu seluruh kenyataan, pada hal ilmu-ilmu membutuhkan objek khusus. Hal ini menyebabkan berpisahnya ilmu dari
filsafat.
Meskipun
pada perkembangannya masing-masing ilmu memisahkan diri dari filsafat, ini
tidak berarti hubungan filsafat dengan ilmu-ilmu khusus menjadi terputus.
Dengan ciri kekhususan yang dimiliki setiap ilmu, hal ini menimbulkan
batas-batas yang tegas di antara masing-masing ilmu. Dengan kata lain tidak ada
bidang pengetahuan yang menjadi penghubung ilmu-ilmu yang terpisah. Di sinilah
filsafat berusaha untuk menyatu padukan masing-masing ilmu. Tugas filsafat
adalah mengatasi spesialisasi dan merumuskan suatu pandangan hidup yang
didasarkan atas pengalaman kemanusian yang luas.
Ada
hubungan timbal balik antara ilmu dengan filsafat. Banyak masalah filsafat yang
memerlukan landasan pada pengetahuan ilmiah apabila pembahasannya tidak ingin
dikatakan dangkal dan keliru. Ilmu dewasa ini dapat menyediakan bagi filsafat
sejumlah besar bahan yang berupa fakta-fakta yang sangat penting bagi
perkembangan ide-ide filsafati yang tepat sehingga sejalan dengan pengetahuan
ilmiah (Siswomihardjo, 2003).
Dalam
perkembangan berikutnya, filsafat tidak saja dipandang sebagai induk dan sumber
ilmu, tetapi sudah merupakan bagian dari ilmu itu sendiri, yang juga mengalami
spesialisasi. Dalam taraf peralihan ini
filsafat tidak mencakup keseluruhan, tetapi sudah menjadi sektoral. Contohnya filsafat agama, filsafat hukum, dan
filsafat ilmu adalah bagian dari perkembangan filsafat yang sudah menjadi
sektoral dan terkotak dalam satu bidang tertentu. Dalam konteks inilah kemudian
ilmu sebagai kajian filsafat sangat relevan untuk dikaji dan didalami
(Bakhtiar, 2005).
2. Definisi Ilmu Pengetahuan
Membicarakan
masalah ilmu pengetahuan beserta definisinya ternyata tidak semudah dengan yang
diperkirakan. Adanya berbagai definisi tentang ilmu pengetahuan ternyata belum
dapat menolong untuk memahami hakikat ilmu pengetahuan itu. Sekarang orang
lebih berkepentingan dengan mengadakan penggolongan (klasifikasi) sehingga
garis demarkasi antara (cabang) ilmu yang satu dengan yang lainnya menjadi
lebih diperhatikan.
Pengertian
ilmu yang terdapat dalam kamus Bahasa
Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala
tertentu (Admojo, 1998). Mulyadhi Kartanegara mengatakan ilmu adalah any organized knowledge. Ilmu dan sains
menurutnya tidak berbeda, terutama sebelum abad ke-19, tetapi setelah itu sains
lebih terbatas pada bidang-bidang fisik atau inderawi, sedangkan ilmu
melampauinya pada bidang-bidang non fisik, seperti metafisika.
Adapun
beberapa definisi ilmu menurut para ahli seperti yang dikutip oleh Bakhtiar
tahun 2005 diantaranya adalah :
·
Mohamad Hatta,
mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum
kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut
kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam.
·
Ralph Ross dan Ernest
Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan
sistematik, dan ke empatnya serentak.
·
Karl Pearson,
mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten
tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.
·
Ashley Montagu,
menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang
berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip
tentang hal yang sedang dikaji.
·
Harsojo menerangkan
bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan dan suatu
pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia
yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat
diamati oleh panca indera manusia. Lebih lanjut ilmu didefinisikan sebagai
suatu cara menganalisis yang mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan
suatu proposisi dalam bentuk : “ jika .... maka “.
·
Afanasyef, menyatakan
ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran. Ia mencerminkan alam
dan konsep-konsep, katagori dan hukum-hukum, yang ketetapannya dan kebenarannya
diuji dengan pengalaman praktis.
Berdasarkan
definisi di atas terlihat jelas ada hal prinsip yang berbeda antara ilmu dengan
pengetahuan. Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun,
baik mengenai matafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah
informasi yang berupa common sense, tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu.
Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan dan
pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan pengetahuan kurang kuat
cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan
ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu. Pencarian pengetahuan lebih cendrung trial and error dan berdasarkan
pengalaman belaka (Supriyanto, 2003).
Pembuktian
kebenaran pengetahuan berdasarkan penalaran akal atau rasional atau menggunakan
logika deduktif. Premis dan proposisi sebelumnya menjadi acuan berpikir
rasionalisme. Kelemahan logika deduktif ini sering pengetahuan yang diperoleh
tidak sesuai dengan fakta.
Secara
lebih jelas ilmu seperti sapu lidi, yakni sebagian lidi yang sudah diraut dan
dipotong ujung dan pangkalnya kemudian diikat, sehingga menjadi sapu lidi.
Sedangkan pengetahuan adalah lidi-lidi yang masih berserakan di pohon kelapa,
di pasar, dan tempat lainnya yang belum tersusun dengan baik.
3. Objek Ilmu Pengetahuan
Ilmu
adalah kumpulan pengetahuan. Namun bukan sebaliknya kumpulan ilmu adalah
pengetahuan. Kumpulan pengetahuan agar dapat dikatakan ilmu harus memenuhi
syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang dimaksudkan adalah objek material
dan objek formal. Setiap bidang ilmu baik itu ilmu khusus maupun ilmu filsafat
harus memenuhi ke dua objek tersebut.
Objek
material adalah sesuatu hal yang dijadikan sasaran pemikiran (Gegenstand),
sesuatu hal yang diselidiki atau sesuatu hal yang dipelajari. Objek material
mencakup hal konkrit misalnya manusia,tumbuhan, batu ataupun hal-hal yang
abstrak seperti ide-ide, nilai-nilai, dan kerohanian. Objek formal adalah cara
memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh peneliti terhadap objek
materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakannya. Objek formal dari suatu
ilmu tidak hanya memberi keutuhan suatu ilmu, tetapi pada saat yang sama
membedakannya dari bidang-bidang yang lain. Satu objek material dapat ditinjau
dari berbagai sudut pandangan sehingga menimbulkan ilmu yang berbeda-beda
(Mudhofir, 2005).
4. Dasar Ilmu
Ada
tiga dasar ilmu yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Dasar ontologi ilmu
mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca indera manusia.
Jadi masih dalam jangkauan pengalaman manusia atau bersifat empiris. Objek
empiris dapat berupa objek material seperti ide-ide, nilai-nilai, tumbuhan,
binatang, batu-batuan dan manusia itu sendiri.
Ontologi
merupakan salah satu objek lapangan penelitian kefilsafatan yang paling
kuno. Untuk memberi arti tentang suatu
objek ilmu ada beberapa asumsi yang perlu diperhatikan yaitu asumsi pertama
adalah suatu objek bisa dikelompokkan berdasarkan kesamaan bentuk, sifat
(substansi), struktur atau komparasi dan kuantitatif asumsi. Asumsi kedua
adalah kelestarian relatif artinya ilmu tidak mengalami perubahan dalam periode
tertentu (dalam waktu singkat). Asumsi ketiga yaitu determinasi artinya ilmu
menganut pola tertentu atau tidak terjadi secara kebetulan (Supriyanto, 2003).
Epistemologi
atau teori pengetahuan yaitu cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan
ruang lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya serta
pertanggung jawaban atas pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Sebagian
ciri yang patut mendapat perhatian dalam epistemologi perkembangan ilmu pada
masa modern adalah munculnya pandangan baru mengenai ilmu pengetahuan.
Pandangan itu merupakan kritik terhadap pandangan Aristoteles, yaitu bahwa ilmu
pengetahuan sempurna tak boleh mencari untung, namun harus bersikap kontemplatif,
diganti dengan pandangan bahwa ilmu pengetahuan justru harus mencari untung,
artinya dipakai untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi ini (Bakhtiar, 2005).
Dasar
aksiologi berarti sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh, seberapa besar sumbangan ilmu bagi kebutuhan umat
manusia. Dasar aksiologi ini merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia
karena dengan ilmu segala keperluan dan kebutuhan manusia menjadi terpenuhi
secara lebih cepat dan lebih mudah.
Berdasarkan
aksiologi, ilmu terlihat jelas bahwa permasalahan yang utama adalah mengenai
nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan
berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai dalam
filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Etika mengandung dua arti yaitu kumpulan
pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia dan merupakan suatu
predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan atau
manusia-manusia lainnya. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang
pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan
fenomena disekelilingnya.
5. Prosedur Pencarian Ilmu
Salah
satu ciri khas ilmu pengetahuan adalah sebagai suatu aktivitas, yaitu sebagai
suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh manusia. Ilmu menganut pola
tertentu dan tidak terjadi secara kebetulan. Ilmu tidak saja melibatkan
aktivitas tunggal, melainkan suatu rangkaian aktivitas, sehingga dengan
demikian merupakan suatu proses. Proses dalam rangkaian aktivitas ini bersifat intelektual,
dan mengarah pada tujuan-tujuan tertentu.
Disamping
ilmu sebagai suatu aktivitas, ilmu juga sebagai suatu produk. Dalam hal ini
ilmu dapat diartikan sebagai kumpulan pengetahuan yang merupakan hasil berpikir
manusia. Ke dua ciri dasar ilmu yaitu ujud aktivitas manusia dan hasil
aktivitas tersebut, merupakan sisi yang tidak terpisahkan dari ciri ketiga yang
dimiliki ilmu yaitu sebagai suatu metode.
Metode
ilmiah merupakan suatu prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola
kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan baru atau
mengembangkan pengetahuan yang telah ada. Perkembangan ilmu sekarang ini dilakukan
dalam ujud eksperimen. Eksperimentasi ilmu kealaman mampu menjangkau objek
potensi-potensi alam yang semula sulit diamati (Tjahyadi, 2005).
Pada
umumnya metodologi yang digunakan dalam ilmu kealaman disebut siklus-empirik.
Ini menunjukkan pada dua hal yang pokok, yaitu siklus yang mengandaikan adanya
suatu kegiatan yang dilaksanakan berulang-ulang, dan empirik menunjukkan pada
sifat bahan yang diselidiki, yaitu hal-hal yang dalam tingkatan pertama dapat
diregistrasi secara indrawi. Metode siklus-empirik mencakup lima tahapan yang
disebut observasi, induksi, deduksi, eksperimen, dan evaluasi. Sifat ilmiahnya
terletak pada kelangsungan proses yang runut dari segenap tahapan prosedur
ilmiah tersebut, meskipun pada prakteknya tahap-tahap kerja tersebut sering
kali dilakukan secara bersamaan (Soeprapto, 2003).
III Pembahasan
Sebelum
penjabaran tentang perbedaan pengetahuan dan ilmu pengetahuan, perlu diuraikan
tentang pengertian pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Tujuannya adalah untuk
memudahkan dalam mendalami perbedaan antara pengetahuan dan ilmu pengetahuan.
Pengetahuan
Secara
etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge.
Dalam Encyclopedia of Philosophy
dijelaskan bahwa difinisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).
Sedangkan
secara terminologi definisi pengetahuan ada beberapa definisi.
1.
Pengetahuan adalah
apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu.
Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti
dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua
milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari
usaha manusia untuk tahu.
2.
Pengetahuan adalah
proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya
sendiri. Dalam hal ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek)
di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun
yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif.
3.
Pengetahuan adalah
segenap apa yang kita ketahui tentang
suatu objek tertentu, termasuk didalamnya ilmu, seni dan agama.
Pengetahuan ini merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung dan tak
langsung memperkaya kehidupan kita.
Pada
dasarnya pengetahuan merupakan hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala
perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat
berwujud barang-barang baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek
yang dipahami oleh manusia berbentuk ideal, atau yang bersangkutan dengan
masalah kejiwaan.
Pengetahuan
adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai matafisik
maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense, tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu.
Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan dan
pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan pengetahuan kurang kuat
cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan
ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu. Pencarian pengetahuan lebih cendrung trial and error dan berdasarkan
pengalaman belaka (Supriyanto, 2003).
Ruang
Lingkup pengetahuan secara ontologi, epistomologi dan aksiologi ada tiga yaitu
Ilmu, Agama dan Seni pada skema berikut :
Ilmu
Pada
prinsipnya ilmu merupakan usaha untuk mengorganisir dan mensitematisasikan
sesuatu. Sesuatu tersebut dapat diperoleh dari pengalaman dan pengamatan dalam
kehidupan sehari-hari. Namun sesuatu itu dilanjutkan dengan pemikiran secara
cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode.
Ilmu
dapat merupakan suatu metode berfikir secara objektif (objective thinking), tujuannya untuk menggambarkan dan memberi
makna terhadap dunia faktual. Ini diperoleh melalui observasi, eksperimen, dan
klasifikasi. Analisisnya merupakan hal yang objektif dengan menyampingkan unsur
pribadi, mengedepankan pemikiran logika, netral (tidak dipengaruhi oleh
kedirian atau subjektif). Ilmu sebagai milik manusia secara komprehensif yang
merupakan lukisan dan keterangan yang lengkap dan konsisten mengenai hal-hal
yang dipelajarinya dalam ruang dan waktu sejauh jangkauan logika dan dapat
diamati panca indera manusia.
Ilmu
adalah kumpulan pengetahuan. Namun bukan sebaliknya kumpulan ilmu adalah
pengetahuan. Kumpulan pengetahuan agar dapat dikatakan ilmu harus memenuhi
syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang dimaksudkan adalah objek material
dan objek formal. Setiap bidang ilmu baik itu ilmu khusus maupun ilmu filsafat
harus memenuhi ke dua objek tersebut. Ilmu merupakan suatu bentuk aktiva yang
dengan melakukannya umat manusia memperoleh suatu lebih lengkap dan lebih
cermat tentang alam di masa lampau, sekarang dan kemudian serta suatu kemampuan
yang meningkat untuk menyesuaikan dirinya.
Ada
tiga dasar ilmu yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Dasar ontologi ilmu
mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca indera manusia.
Jadi masih dalam jangkauan pengalaman manusia atau bersifat empiris. Objek
empiris dapat berupa objek material seperti ide-ide, nilai-nilai, tumbuhan,
binatang, batu-batuan dan manusia itu sendiri.
Pada
umumnya metodologi yang digunakan dalam ilmu kealaman disebut siklus-empirik.
Ini menunjukkan pada dua macam hal yang pokok, yaitu siklus yang mengandaikan
adanya suatu kegiatan yang dilaksanakan berulang-ulang, dan empirik yang
menunjukkan pada sifat bahan yang diselidiki, yaitu hal-hal yang dalam
tingkatan pertama dapat diregistrasi secara indrawi. Metode siklus-empirik
mencakup lima tahapan yang disebut observasi, induksi, deduksi, eksperimen, dan
evaluasi. Sifat ilmiahnya terletak pada kelangsungan proses yang runut dari
segenap tahapan prosedur ilmiah tersebut, meskipun pada prakteknya tahap-tahap
kerja tersebut sering kali dilakukan secara bersamaan (Soeprapto, 2003).
Ilmu
dalam usahanya untuk menyingkap rahasia-rahasia alam haruslah mengetahui
anggapan-anggapan kefilsafatan mengenai alam tersebut. Penegasan ilmu
diletakkan pada tolok ukur dari sisi fenomenal dan struktural.
Dimensi
Fenomenal.
Dalam
dimensi fenomenal ilmu menampakkan diri pada hal-hal berikut :
1.
Masyarakat yaitu
suatu masyarakat yang elit yang dalam hidup kesehariannya sangat konsern pada
kaidah-kaidah universaI, komunalisme, disinterestedness, dan skeptisme yang
terarah dan teratur
2.
Proses yaitu olah
krida aktivitas masyarakat elit yang melalui refleksi, kontemplasi, imajinasi,
observasi, eksperimentasi, komparasi, dan sebagainya tidak pernah mengenal
titik henti untuk mencari dan menemukan kebenaran ilmiah.
3.
Produk yaitu hasil
dari aktivitas tadi berupa dalil-dalil, teori, dan paradigma-paradigma beserta
hasil penerapannya, baik yang bersifat fisik, maupun non fisik.
Dimensi
Struktural
Dalam
dimensi struktural ilmu tersusun atas komponen-komponen berikut
1.
Objek sasaran yang
ingin diketahui
2.
Objek sasaran terus
menerus dipertanyakan tanpa mengenal titik henti
3.
Ada
alasan dan dengan sarana dan cara tertentu objek sasaran tadi terus menerus
dipertanyakan
4.
Temuan-temuan yang
diperoleh selangkah demi selangkah disusun kembali dalam satu kesatuan sistem.
Ilmu
dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu Ilmu Pengetahuan Abstrak, Ilmu
Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Humanis.
IV KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan
uaraian di atas dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :
1.
Ada perbedaan prinsip
antara ilmu dengan pengetahuan. Ilmu merupakan kumpulan dari berbagai
pengetahuan, dan kumpulan pengetahuan dapat dikatakan ilmu setelah memenuhi
syarat-syarat objek material dan objek formal
2.
Ilmu bersifat sistematis, objektif dan
diperoleh dengan metode tertentu seperti observasi, eksperimen, dan
klasifikasi. Analisisnya bersifat objektif dengan menyampingkan unsur pribadi,
mengedepankan pemikiran logika, netral (tidak dipengaruhi oleh kedirian atau
subjektif).
3.
Pengetahuan adalah
keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai matafisik maupun
fisik, pengetahuan merupakan informasi
yang berupa common sense, tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu.
Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan dan
pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan pengetahuan kurang kuat
cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan
ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu. Pencarian pengetahuan lebih cendrung trial and error dan berdasarkan
pengalaman belaka
Saran
1.
Dalam penulisan
karangan ilmiah atau penulisan lainnya harus dibedakan antara ilmu dengan
pengetahuan, agar kekaburan makna dari kata tersebut tidak terjadi.
2.
Penggabungan kata
ilmu dengan pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan berkonotasi ganda, sehingga
dalam penulisannya cukup dipakai salah satu kata sesuai dengan maknanya.
Daftar Pustaka
Bakhtiar
A. 2005. Filsafat Ilmu. Ed 1. Cetakan ke 2. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Kattsoff,
L.O. 1992. Pengantar Filsafat: Penerjemah Soejono Soemargono. Yogyakarta.
Tiara Wacana Yogya.
Mulyadhi
Kartanegara, 2003. Pengantar Epistemologi Islam. Mizan. Bandung
Mudhofir,
A. 2005. Pengenalan Filsafat. Filsafat
Ilmu. Cetakan ketiga. Penerbit Liberty. Yogyakarta.
Siswomihardjo,
K.W. 2003. Ilmu Pengetahuan Sebuah
Sketsa Umum Mengenai Kelahiran dan Perkembangannya sebagai Pengantar untuk Memahami
Filsafat Ilmu. Dalam Filsafat Ilmu. Cetakan ketiga. Penerbit Liberty.
Yogyakarta.
Soeprapto,
S. 2003. Landasan Penelaahan Ilmu. Dalam
Filsafat Ilmu. Cetakan ketiga. Penerbit Liberty. Yogyakarta.
Suriasumantri,
Jujun S, 2000. Filsafat Ilmu Sebuah
Pengantar Populer. Cetakan XIII. Sinar Harapan Jakarta.
Supriyanto,
S. 2003. Filsafat Ilmu. Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga. Surabaya.
Tjahyadi,
S. 2005. Ilmu, Teknologi dan Kebudayaan. Dalam Filsafat Ilmu. Cetakan ketiga.
Penerbit Liberty. Yogyakarta.
No comments :
Post a Comment