Thursday, 2 June 2011

Padang Lamun


Tumbuhan lamun merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga dan berpembuluh (vascular plant) yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri hidup terbenam di dalam air laut. Tumbuhan lamun jelas memiliki akar, batang, daun, buah dan biji. Lamun termasuk dalam kelas monocotyledoneae, anak kelas Alismatidae sukunya Hydroecharitaceae dengan contoh jenis Syringodium isoetifolium tumbuhan ini mempunyai beberapa sifat yang memungkinkan hidup di lingkungan laut yaitu:
1.      Mampu hidup di media air asin
2.      Mampu berfungsi normal dalam keadaan terbenam
3.      Mempunyai system perakaran jangkar yang berkembang baik
4.      Mampu melaksanakan penyerbukan dan daur generatif dalam keadaan terbenam
            Lamun memiliki perbedaan yang nyata dengan tumbuhan yang hidup terbenam dalam laut lainnya seperti makro alga atau rumput laut (sea weeds), sea weed termasuk dalam difisi thallophys (tumbuh-tumbuhan berthalus), warna menjadi ciri khas tumbuhan ini, sifat khas difisi ini adalah antara akar, batang dan daun belum bisa dibedakan.
            Lamun tumbuh subur terutama di daerah terbuka pasang surut dan perairan rantai yang dasarnya berupa Lumpur, pasir, krikil, dan patahan karang mati, dengan kedalaman 4 meter dalam perairan yang sangat jernih. Beberapa jenis lamun bahkan ditemukan tumbuh sampai 8-15 meter dan 40 meter.
            Tempat yang banyak ditumbuhi lamun membentuk suatu ekosistem yang dinamakan padang lamun. Padang lamun adalah suatu hamparan ekosistem yang sebagian besar terdiri dari tumbuhan lamun dan dihuni oleh berbagai jenis biota laut seperti Bintang Laut, teripang, rumput laut (ganggang laut), dan berbagai jenis ikan.
            Beberapa penelitian menyebutkan bahwa semakin lebat padang lamun, maka keanekaragaman dan kelimpahan spesies ikan akan meningkat, padang lamun dapat berbentuk vegetasi tunggal yang tersusun atas satu jenis lamun yang membentuk padang lebat (monospesifik) dan dapat juga membentuk vegetasi campuran yang terdiri dari 2-12 jenis lamun yang tumbuh bersama-sama pada satu subtract. Pada spesies lamun yang biasanya tumbuh dengan vegetasi tunggal adalah Thallassia hemprichii, Enhalus acroides, Halophila ovalis, Halodule universis, Cymodocea serrulata, Thalassodendron ciliatum.
      Tumbuhan lamun terdiri dari akar rhizome dan daun.Rhizome merupakan batang yang terpendam dan merayap secara mendatar dan berbuku-buku.Pada buku-buku tersebut tumbuh batang pendek yang tegak ke atas,berdaun dan berbunga. Pada buku tumbuh pula akar (Nontji,1993). Lamun memiliki daun-daun tipis yang memanjang seperti pita yang mempunyai saluran-saluran air (Nybakken, 1992). Bentuk daun seperti ini dapat memaksimalkan difusi gas dan nutrien antara daun dan air, juga memaksimalkan proses fotosintesis di permukaan daun (Philips dan Menez, 1988).
      Daun menyerap hara langsung dari periran sekitarnya, mempunyai rongga untuk mengapung agar dapat berdiri tegak di air, tapi tidak banyak mengandung serat seperti tumbuhan rumput di darat (Hutomo,1997). Sebagian besar lamun berumah dua,artinya dalam satu tumbuhan hanya ada jantan saja atau betina saja.Sistem pembiakannya bersifat khas karena melalui penyerbukan dalam air (Nontji, 1993).
FAKTOR LINGKUNGAN
            Faktor lingkungan yang mempengaruhi distribusi dan pertumbuhan lamun adalah: kecerahan, temperature, salinitas, substrat dan kecepatan arus.
1.      Kecerahan
Lamun membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi untuk melaksanakan proses fotosintesis. Hal ini terbukti dengan hasil observasi yang menunjukkan bahwa distribusi lamun hanya terbatas pada perairan yang tidak terlalu dalam.
2.      Temperatur
Kisaran suhu optimal bagi lamun adalah 28-300 C. Kemampuan proses fotosintesis akan menurun dengan tajam apabila tempereatur perairan berada di luar kisaran optimal tersebut.
3.      Salinitas
Spesies lamun memiliki kemampuan toleransi yang berbeda terhadap salinitas, namun sebagian besar memiliki kisaran yang lebar yaitu 10-40%o. Nilai salinitas optimum untuk lamun 35%o. Salah satu factor yang menyebabkan kerusakan ekosistem padang lamun adalah meningkatnya salinitas yang diakibatkan oleh berkurangnya suplai air tawar dari sungai.
4.      Substrat
Padang lamun hidup pada berbagai macam tipe subtract, mulai dari Lumpur sampai sediment dasar yang terdiri dari endapan Lumpur halus sebesar 40%. Kedalaman substrat berperan dalam menjaga stabilitas sediment yang mencakup 2 hal, yaitu pelindung tanaman dari arus air laut, dan tempat pengolahan serta pemasok nutrient.
5.      Kecepatan Arus Perairan
Produktivitas padang lamun juga dipengaruhi oleh kecepatan arus perairan. Pada saat kecepatan arus sekitar 0,5 m/detik, jenis Thallassia testudium mempunyai kemampuan maksimal untuk tumbuh.
Perkembangbiakan dan Pemanfaatan Lamun
            Reproduksi lamun dapat dilakukan secara aseksual dan seksual. Secara aseksual dengan membentuk stolon, secara seksual dengan hydrophilus: plennya tersebar di badan air dan epihidrophyly: polennya berada dipermukaan air.
Padang lamun merupakan habitat bagi beberapa organisme laut. Hewan yang hidup pada padang lamun ada berbagai penghuni tetap ada  pula yang bersifat sebagai pengunjung. Hewan   yang  datang sebagai pengunjung biasanya untuk memijah atau mengasuh anaknya seperti ikan. Selain  itu, ada pula hewan yang datang mencari makan seperti sapi laut (dugong-dugong) dan penyu (turtle) yang makan lamun Syriungodium isoetifolium dan Thalassia hemprichii (Nontji, 1987).
Di daerah padang lamun, organisme melimpah, karena lamun digunakan sebagai perlindungan dan persembunyian dari predator dan kecepatan arus yang tinggi dan juga sebagai sumber bahan makanan baik daunnya mapupun epifit atau detritus. Jenis-jenis polichaeta dan hewan–hewan nekton juga banyak didapatkan pada padang lamun. Lamun juga merupakan komunitas yang sangat produktif sehingga jenis-jenis ikan dan fauna invertebrata melimpah di perairan ini. Lamun juga memproduksi sejumlah besar bahan bahan organik sebagai substrat untuk algae, epifit, mikroflora dan fauna.
Pada padang lamun ini hidup  berbagai macam spesies hewan, yang berassosiasi dengan padang lamun. Di perairan Pabama dilaporkan 96 spesies hewan yang berassosiasi dengan  beberapa jenis ikan. Di teluk Ambon di temukan 48 famili dan 108 jenis ikan. Di Teluk Ambon ditemuklan 48 famili dan 108 jenis ikan adalah sebagai penghuni lamun, sedangkan di Kepulauan Seribu sebelah utara Jakarta di temukan 78 jenis ikan yang berassosiasi dengan padang lamun. Selain ikan, sapi laut dan penyu serta banyak hewan invertebrata yang  berassosiasi dengan padang lamun, seperti: Pinna sp, beberapa Gastropoda, Lambis, Strombus, teripang, bintang laut, beberapa jenis cacing laut dan udang (Peneus doratum) yang ditemukan di Florida selatan (Nybakken, 1988)
Apabila air sedang surut rendah sekali atau surut purnama, sebagian padang lamun akan tersembul keluar dari air terutama bila komponen utamanya adalah Enhalus acoroides, sehingga burung-burung berdatangan mencari makann di padang lamun ini (Nontji, 1987).
Menurut Azkab (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem di laut  dangkal yang paling produktif. Di samping itu ekosistem lamun mempunyai peranan penting dalam menunjang kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, menurut hasil penelitian diketahui  bahwa peranan lamun di lingkungan perairan laut dangkal sebagai berikut:
1.      Sebagai Produsen Primer
Lamun mempunyai tingkat produktifitas primer tertinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada di laut dangkal seperti ekosistem terumbu karang. 
2.      Sebagai Habitat Biota
        Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel hewan  
        dan tumbuh-tumbuhan (alga). Disamping itu, padang lamun (seagrass beds)
        dapat juga sebagai daerah asuhan, padang pengembalaan  dan makan   dari  
        berbagai  jenis ikan herbivora dan ikan–ikan karang (coral fishes) (Kikuchi &
        Peres, 1977).
3.      Sebagai Penangkap Sedimen
      Daun lamun yang  lebat akan memperlambat air yang disebabkan oleh arus dan
      ombak, sehingga perairan di sekitarnya tenang. Disamping itu, rimpang
      dan akar lamun dapat menahan  dan mengikat sedimen, sehingga dapat
      menguatkan  dan menstabilkan dasar permukaaan. Jadi padang lamun yang
      berfungsi sebagai penangkap sedimen dapat mencegah erosi ( Gingsburg &
      Lowestan 1958).
4.      Sebagai Pendaur Zat Hara
     Lamun memegang peranan penting dalam pendauran barbagai zat hara dan
     elemen-elemen yang langka di lingkungan laut. Khususnya zat-zat hara yang
     dibutuhkan oleh algae epifit.
   
Sedangkan menurut Philips & Menez (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem bahari yang produktif. ekosistem lamun perairan dangkal mempunyai fungsi antara lain:
·         Menstabilkan dan menahan sedimen–sedimen yang dibawa melalui I tekanan–tekanan dari  arus dan gelombang.
·         Daun-daun memperlambat dan mengurangi arus dan gelombang serta mengembangkan sedimentasi.
·         Memberikan perlindungan terhadap hewan–hewan muda dan dewasa yang berkunjung ke padang lamun.
·         Daun–daun sangat membantu organisme-organisme epifit.
·         Mempunyai produktifitas dan pertumbuhan yang tinggi.
·         Menfiksasi karbon yang sebagian besar masuk ke dalam sistem daur rantai makanan.
Selanjutnya dikatakan Philips & Menez (1988), lamun juga sebagai komoditi yang sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat baik secara tradisional maupuin secara modern.
Secara tradisional lamun telah dimanfaatkan untuk :
1.      Digunakan untuk kompos dan pupuk
2.      Cerutu dan mainan anak-anak
3.      Dianyam menjadi keranjang
4.      Tumpukan untuk pematang
5.      Mengisi kasur
6.      Ada yang dimakan
7.      Dibuat jaring ikan
Pada zaman modern ini, lamun telah dimanfaatkan untuk:
1.      Penyaring limbah
2.      Stabilizator pantai
3.      Bahan untuk pabrik kertas
4.      Makanan
5.      Obat-obatan
6.      Sumber bahan kimia.
Lamun kadang-kadang membentuk suatu komunitas yang merupakan habitat bagi berbagai jenis hewan laut. Komunitas lamun ini juga dapat memperlambat gerakan air. bahkan ada jenis lamun yang dapat dikonsumsi bagi penduduk sekitar pantai. Keberadaan ekosistem padang lamun  masih belum banyak dikenal  baik pada kalangan akdemisi maupun  masyarakat umum, jika dibandingkan dengan ekosistem lain seperti ekosistem terumnbu karang dan ekosistem mangrove, meskipun diantara ekosistem tersebut di kawasan pesisir merupakan satu kesatuan sistem dalam menjalankan  fungsi ekologisnya. Ekosistem padamg lamun memiliki atribut ekologi yang penting yang berhubungan dengan sifat fisika, kimia dan proses biologi antar ekosistem di wilayah pesisir dan proses keterkaitan ke tiga ekosistem ini Kerusakan Padang Lamun
Kerusakan yang terjadi pada padang lamun dapat disebabkan oleh natural stress dan anthrogenik stress. Natural stress bias disebabkan gunung meletus, sunami, kompetisi, predasi. Sedangkan anthrogenik stress bisa disebabkan :
·         Perubahan fungsi pantai untuk pelabuhan atau dermaga.
·         Eutrofikasi (Blooming mikro alga dapat menutupi lamun dalam memperoleh sinar matahari).
·         Aquakultur (pembabatan dari hutan mangrove untuntuk tambak memupuk tambak).
·         Water polution (logam berat dan minyak).
·         Over fishing (pengambilan ikan yang berlebihandan cara penangkapannya yang merusak.
 
DAFTAR  PUSTAKA

Azkab,
M.H. 1999. Pedoman Invetarisasi Lamun. Oseana 1: 1-16
Bengen,
D.G. 2001. Sinopsis ekosistem dan sumberdaya alam pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Instititut Pertanian Bogor. Bogor
Dahuri,
R.,J. Rais, S.P. Ginting dan M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita, Jakarta
Den Hartog,
C. 1970. The Sea Grasses of The World. 12-15.  North Holland Publishing Company. Amsterdam. 
Hutomo,
H. 1997. Padang lamun Indonesia :salah satu ekosistem laut dangkal yang belum banyak dikenal.Puslitbang Oseanologi-LIPI. Jakarta.35 pp
Nontji,
A. 1993. Laut  Nusantara. Djambatan, Jakarta
Nybakken,
J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Terjemahan : M. Eidman, D. G. Bengen, Koesoebiono, M. Hutomo dan Sukristijono. Penerbit PT Gramedia. Jakarta. 
Philips,
C.R. and E.G. Menez.1988. Seagrass in : Smithsonian Contribusion to the Marine Science no.34. Smithsonian Institutions Press. WashingtonD.C.
Romimohtarto,
K. dan S. Juwana. 1999. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Biota Laut.   Penerbit LIPI. Jakarta. 

No comments :